Tradisi Perayaan tahun baru Islam warga Desa Beji

04 September 2019 13:53:22 WIB

Perayaan pergantian Tahun Baru Islam 1441 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 31 Agustus 2019, dilakuan di sejumlah padukuhan di Desa Beji. Setiap Padukuhan memiliki cara tersendiri dalam merayakan tahun baru tersebut, diantaranya dengan melakukan perlombaan memasak/membuat tumpeng dengan  hiburan Organ Tunggal seperti yang dilakukan di Dusun Bendo, kemudian adapula Kenduri Tumpeng dan makan bersama warga di Dusun Daguran Kidul.

Tradisi Perayaan Tahun Baru Islam juga bertepatan dengan malam 1 Suro 1953 yang oleh tradisi masyarakat jawa diyakin menjadi malam yang sakral. Masyarakat Jawa khususnya di Yogyakarta dan Solo (Surakarta) masih memegang teguh ajaran yang diwarisi oleh para leluhurnya. Salah satu ajaran yang masih dilakukan adalah menjalankan tradisi malam satu Suro, malam tahun baru dalam kalender Jawa yang dianggap sakral bagi masyakarat Jawa.

Tradisi malam satu Suro bermula saat zaman Sultan Agung sekitar tahun 1613-1645. Saat itu, masyarakat banyak mengikuti sistem penanggalan tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu. Hal ini sangat bertentangan dengan masa Sultan Agung yang menggunakan sistem kalender Hijriah yang diajarkan dalam Islam.

Sultan Agung kemudian berinisiatif untuk memperluas ajaran Islam di tanah Jawa dengan menggunakan metode perpaduan antara tradisi Jawa dan Islam.

Sebagai dampak perpaduan tradisi Jawa dan Islam, dipilihlah tanggal 1 Muharam yang kemudian ditetapkan sebagai tahun baru Jawa. Hingga saat ini, setiap tahunnya tradisi malam satu Suro selalu diadakan oleh masyarakat Jawa

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar